Demak, saya ketahui sebagai Kota Wali. Dari kabupaten di daerah pantai utara Jawa ini muncul sejarah Islam yang terkenal, Wali Songo (sanga). Nama ‘Demak’ konon berasal dari Bahasa Arab, Dhima, atau berarti rawa. Makanya, tidak heran kalau sampai sekarang saat musim penghujan daerah ini sering tergenangi air đ
Kabupaten Demak tidaklah besar, wilayah ini berbatasan langsung dengan Jepara, Grobogan, Kota dan Kabupaten Semarang, serta Laut Jawa.
Oya, kisah Wali Songo yang terkenal dengan Sunan Kalijaga-nya, yang bagi saya sangat kental dengan wilayah Demak. Kota Wali ini masih melestarikan sejarah para wali lewat Masjid Agung yang berdiri di pusat kota. Masjid ini kini menjadi tujuan ziarah rohani.
MASJID AGUNG
Masjid Agung Demak adalah Masjid tertua di Indonesia. Terletak di pusat kota, daerah Kauman, seputaran alun-alun, seperti sebagaimana letak masjid di berbagai kota Indonesia pada umumnya.
Wikipedia menulis, masjid dipercaya pernah menjadi tempat berkumpulnya para wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi.

Saya pernah singgah ke kompleks masjid, di area belakang masjid ada makam raja-raja Kasultanan Demak dan para abdinya. Lokasi ini selalu ramai dikunjungi peziarah. Sayang, koleksi foto di tempat ini hilang bersama dengan kerusakan data kamera ponsel saya.

Satu yang saya ingat, kamar mandi/toilet di kompleks ini cukup berbeda. Cukup sulit menggambarkannya,.. bangunan toilet berjajar, saat masuk kita tidak menginjak lantai, tetapi dereta besi berjajar dan tembus air ke bawah. Dari deretan besi itu bisa terlihat jelas got di bawah yang mengalirkan secara langsung air seni kita dan air guyurannya. Serius đ

Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka.
Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.
KULINER GARANG ASEM & ASEM DAGING
Masih seputran alun-alun dan dekat Masjid Agung, mampir di Kota Wali kemungkinan besar akan diarahkan ke Rumah Makan Rahayu. Warung makan di dekat kawasan alun-alun cukup terkenal dengan masakan andalan GARANG ASEM khas Demak. Menu lainnya ada yang khas pantura timur, ASEM DAGING.
Tempatnya strategis, parkiran luas serta rasa masakannya khas olahan Jawa, manis dan pedas.


Jalan-jalan Jawa Tengah lainnya Candi Sukuh Karanganyar – Dolan Sukoharjo – Pertanian Tembakau Rembang
One thought on “Lewat Demak, Singgah di Masjid Agung & Makan Garang Asem”