Seingat saya, ini kali pertama mengunjungi Kabupaten Sukoharjo, wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta atau Solo.
Beberapa teman saya berasal dari daerah Sukoharjo. Ketika menceritakan daerahnya terkesan ‘ndeso’, minim sinyal internet maupun sinyal operator telekomunikasi.

Ya itu benar. Ada wilayah yang masih menjadi daerah pedesaan dan perbukitan yang berbatasan dengan Wonogiri -semoga tidak salah ingat-.
Tetapi, kunjungan perdana saya di Sukoharjo sungguh meninggalkan kesan. Bukan karena keindahan daerahnya, tetapi karena Sukoharjo yang saya bayangkan, jauh sekali dengan yang saya hadapi.
Benar saja, Sukoharjo di depan mata saya tampak seperti ‘Tangerang kecil’ yang memiliki daerah industri dan kawasan pabrik.

Kebetulan, saya sejenak berada di Sukoharjo ‘kota’, tepatnya wilayah Solo Baru di mana daerah ini menjadi kawasan niaga baru yang maju pesat.

Saya mampir di kawasa niaga yang baru saja diresmikan pejabat setempat, pada pertengahan Mei 2015 ini. Di kompleks tersebut tampak mal yang besar, area parkir super luas, dan jalan masuk ke kompleks yang juga besaar. Sungguh saya tidak mengira kalau sedang menginjakkan kaki di SUKOHARJO. 😀

Di deretan mal masih ada mal lagi, juga deteran rumah toko bertingkat yang cukup tamai juga. Pada sisi seberang kawasan tampak rumah toko sedang fi bangun di dekat hotel bujet dan kafe yang sudah lebih dulu ada.

Lagi-lagi saya terkesima dengan pesatnya wilayah ini. Tetapiii…saya lantas berpikir, dua hari sebelum jalan-jalan ke Solo Baru di Sukoharjo, saya berkesempatan mengunjungi pabrik tekstil dan produk tekstil terintegrasi SRITEX. Perusahaan kakap ini saya pikir punya andil besar yang secara tidak langsung mendorong perekonomian kabupaten setempat.
Pabrik seragam militer internasional itu banyak menerima tamu dalam dan luar negeri. “Bisa jadi kota niaga ini jadi tempatnya singgah tamu Sritex.” celetuk saya cukup ngawur hehe.
Yang jelas. Sukoharjo khususnya di Solo Baru sekarang jadi kota dagang. Konon kata berita Solopos.com, harga tanah di dekat kawasan niaga sudah melampaui Rp25 juta per meter.
2 thoughts on “Ternyata, Solo Baru di Sukoharjo Maju Pesat”