Medio Februari lalu iseng menikmati akhir pekan untuk jalan-jalan nebeng motor teman. Tujuannya jelas, Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.
Dalam benak, terbayang pelabuhan nan elok, penuh kapal bercat broken white seperti yang tampak dalam berbagai foto pra nikah atau foto rekreasi yang sudah diolah instagram.
Sesuai arahan rambu bertulis nama lokasi, motor justru menjauh menuju Muara Karang, area pelabuhan dan pasar ikan. Sebenarnya, jika ditarik garis patai ke arah timur tetap bakal menuju Sunda Kelapa.
Berbekal tanya, mengarahlah ke pelabuhan tujuan. Ah, benar saja, pelabuhan tidak berbohong dengan menunjukkan jajaran perabu layar besar berderet puluhan jumlahnya.
Sayang saja, rekreasi dadakan ini kurang direstui cuaca. Ketika memasuki kompleks pelabuhan bongkar muat barang, rintik air mulai deras. Langit tampak kelabu. Dan kapal putih dalam bayangan tentu saja tak tergapai 🙂

Pelabuhan Sunda Kelapa dikenal pula sebagai Pasar Ikan. Merupakan pelabuhan tua yang terletak di kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Termasuk pelabuhan bersejarah dan menjadi cikal-bakal kota Jakarta. Disini dulu, ceritanya, menjadi saksi disahkannya Jakarta yang hari jadinya ditetapkan pada abad ke 16, 12 Juli 1527.
Pelabuhan sudah dikenal sejak abad ke 12 dan menjadi pusat kegiatan perdagangan dan pelabuhan penting kerajaan Sunda dengan pusat wilayah di Pakuan Pajajaran (sekarang Bogor).
Sebelum kerajaan Sunda berdiri, kerajaan Tarumanegara sudah terlebih dahulu berdiri. Sunda kemudian diserang kerajaan Sriwijaya dari Sumatera yang membawa bahasa Melayu.
Kini, bahasa Melayu menjadi bahasa ibu yang dalam perkembangannya kemudian menjadi bahasa nasional Indonesia.