Pagi hari di 17 November 2011, bangun pagi dan bergegas meluncur ke RRI Kotabaru. Pagi jam 06.00 WIB stand by, sesuai jadwal janjian bersama beberapa teman media peliputan seni-budaya-ekonomi di Yogyakarta. Hari itu kami akan ke KARANGANYAR, menghadiri pernikahan teman di bukit kelahirannya, Ngargoyoso.
Travel melaju membawa rombongan. Perjalanan dari Yogya ke Karanganyar tidak singkat, memakan waktu 3,5-4 jam. Pernikahan duet wartawan koran dan TV lokal, Tri Wahyu Utami dan Chandra, dilakukan pukul 10.00 WIB. Jadi, ketika kami tiba, masih ada waktu untuk ganti baju, oles gincu, dan pakai sepatu 🙂
Karanganyar, daerah dengan nama familiar, tetapi belum pernah disinggahi. Tujuan ke Ngargoyoso tidaklah di pinggir kota maupun pusat kota, tetapi di atas kota haha. Naik gunung perbukitan, lebih bukit dari Ngablak. Jalannya berkelok dengan sisi jalan perbukitan dan sisi jalan lain adalah jurang.
Perkawinan Agama Hindu
Acara utama sudahlah tiba, kami semua dalam satu rombongan, untuk pertama kalinya menghadiri pernikahan Hindu, dilakukan di Pura (Prasaman) Tunggal Ika, Ngargoyoso Karanganyar. Secara umum prosesnya sama, hanya doa dan ritual keagamaan yang membuatnya lain. Senang sekali bisa melihat dan berada dalam bangiannya.
Seusai acara di Pura kecil di atas bukit, kami ikut berbaur dengan umat lain yang hadir dalam acara, menikmati hidangan makanan sederhana. Hidangan persembahan kaluarga pengantin untuk umat yang hadir dalam peresmian pawiwahan (perkawinan) itu.

Dalam sekilas khotbah pimpinan umat, sekilas disebutkan tujuan perkawinan menurut agama Hindu adalah mewujudkan 3 hal :
- Dharmasampati, kedua mempelai bersama-sama melaksanakan Dharma atau ajaran kebaikan dan kebenaran, meliputi aktivitas dan kewajiban agama seperti melaksanakan Yajña, dalam wikipedia disebutkan artinya kurban suci secara tulus iklhas.
- Praja, kedua mempelai mampu melahirkan keturunan yang akan melanjutkan amanat dan kewajiban kepada leluhur.
- Rati, kedua mempelai menikmati kepuasan seksual dan kepuasan-kepuasan lainnya seperti Artha atau materi/kekayaan dan Kama (keinginan atau nafsu) yang tidak bertentangan dan berlandaskan Dharma.
Selepas acara di bangunan pinggir pura untuk pawiwahan, kami izin untuk masuk ke Pura Tunggal Ika untuk sejenak bercengkerama dengan pengantin. Tentunya sambil foto-foto.

Sehabis mengikuti prosesi di pura, kami beranjak bersama rombongan keluarga ke rumah pengantin perempuan. Jaraknya sekitar satu kilometer. Rumahnya di perbukitan, tampak gunung bukit yang segar. Adem asri pokoknya.
Setelah mengikuti rangkaian acara resepsi di rumah, rombongan beranjak untuk kembali ke Yogyakarta. Kami sempat mampir minum sambil santai sejenak di warung kopi pinggir jalan sembari menunggu redanya hujan. Selanjutnya mampir ke tujuan wisata Candi Sukuh Saksi Kejayaan Hindu di Jawa dan Air Terjun Jumog Karanganyar.
