
Umumnya, dari makanan sate, yang banyak dicari adalah daging yang ditusuk dan diberi bumbu. Tetapi jangan salah, bagian gajih atau lemak pada daging sapi nyatanya nikmat juga disantap setelah diolah, dibumbui, dan dibakar ala sate pada umumnya.
Salah satu jujugan untuk mendapatkan porsi sate gajih di Jogja yakni pasar Beringharjo. Di pasar tersebut setidaknya terdapat tiga lokasi penjualan sate gajih yaitu di pojok selatan pasar (sisi siku pasar), pintu pertama bagian selatan dan pintu kedua bagian selatan.
Dari bahan dasar yang sama, cara pengolahan dengan bumbu yang sama memberi rasa yang mirip antara penjual sate gajih satu dengan lainnya.
Rasa manis bumbu dan gurih lemak menjadi ciri khas sate ini. Satu tusuk sate berisi 3-4 potongan lemak yang sudah dibumbui meresap. Setelah dibakar atau sekedar menghangatkan dan mencairkan minyak pada potongan lemak, sate disajikan dengan ketupat dan bumbu kacang.

Sri, 68, salah satu pedagang sate gajih atau sering disebut sate nyos mengatakan sate nyos pasar Beringharjo memiliki kekhasan tersendiri yakni saat disantap, sate tidak lengket di mulut.
“Gajih-nya bukan lemak sapi semua, ada sanding lamur (daging dada bawah ketiak) dan sudah dibumbu resep turun temurun dan aromanya wangi,” jelas perempuan yang berjualan sejak 1970 tersebut.
Rata-rata dalam sehari, Sri menghabiskan minimal lima kilogram sanding lamur dan tujuh kilogram daging sapi. Untuk satu tusuk sate gajih di pasar Beringharjo dijual Rp1500 per tusuk dan sate daging sapi Rp2000.
Bumbu yang sudah meresap dalam sate sebeum dipanasi atau dibakar antara lain bawang merah, bawang putih, garam, dan gula jawa. “Bumbunya sederhana saja soalnya gajih dan daging sapi itu sudah enak,” lanjut Sri.
Untuk menikmati kuliner sate gajih atau sate daging sapi dengan rasa manis, penjual sate di pasar Beringharjo biasanya buka dari pukul 09.00 WIB sampai 19.00 WIB.
“Kalau satenya sudah habis sebelum maghrib, ya kami sudah tutup dan bukanya menyesuaikan persediaan saja.”
kuliner favorit jika sdg di Jogya
LikeLike